Sinéad O'Connor: Si penyanyi pemberontak dengan bakat bermusik luar biasa
Sinéad O'Connor meninggal dunia pada usia 56 tahun di kediamannya di London, Inggris. Jenazahnya ditemukan kepolisian pada Rabu (26/07).Semasa…
Lagu itu mencapai puncak tangga lagu di Inggris, Irlandia dan AS, berkat video yang banyak menampilkan wajahnya dari dekat saat dia bernyanyi.
Dia menangis sepanjang pembuatan video itu. O'Connor mengaku kesulitan menyanyikan lagu tersebut karena mengingatkannya pada ibunya yang meninggal akibat kecelakaan mobil pada 1985.
Mengkritik Paus
Tetapi dia tak pernah jauh dari kontroversi. Dia menolak tampil di sebuah lokasi konser di New Jersey, kecuali jika tempat itu bersedia membatalkan rutinitas memutar lagu kebangsaan AS sebelum dia tampil.
Pengelola tempat itu menyetujui syarat itu, tetapi ini membuat lagu-lagunya diboikot oleh sejumlah stasiun radio di AS.
Satu bulan setelah perilisan I’m Not Your Girl, album kumpulan jazz standar, O’Connor membawakan versi Bob Marley’s War di program Saturday Night Live NBC, mengganti beberapa kata di liriknya sebagai bentuk protes terhadap kasus pelecehan seksual anak di Gereja Katolik.
Yang membuat para produser khawatir, dia mengangkat foto Paus Yohanes Paulus II ke arah kamera dan merobeknya.
NBC menerima lebih dari 4.000 komplain dari para pemirsanya, dan banyak orang menghancurkan kaset dari album-album O'Connor.
Pada penampilan langsung berikutnya, dia dicemooh oleh penonton sehingga tidak bisa tampil.
Pada akhir tahun 1992, O’Connor pun kembali menetap di Dublin.
Album keempatnya, Universal Mother, yang menampilkan kontribusi penulisan dari Germaine Greer dan Kurt Cobain, gagal mencapai kesuksesan seperti karya-karya sebelumnya. Ini menjadi album stuio terakhirnya dalam enam tahun.
Ditahbiskan sebagai imam gereja
Setelah bercerai dari suaminya, dia merasa terjebak dalam pertarungan hak asuh yang panjang dengan jurnalis John Waters, yang merupakan ayah dari anak keduanya bernama Roisin. Hal itu membuatnya stres hingga mencoba bunuh diri pada tahun 1999.
Dalam salah satu titik balik yang aneh dalam hidupnya, dia ditahbiskan sebagai imam di Gereja Latin Tridentine, sebuah gereja Katolik independen, yang tidak bersekutu dengan Roma.
Terlepas dari penghinaannya terhadap hierarki gereja, O’Connor selalu menyatakan bahwa dia menerapkan ajaran Kristen dan seorang Katolik yang taat.