Sinéad O'Connor: Si penyanyi pemberontak dengan bakat bermusik luar biasa
Sinéad O'Connor meninggal dunia pada usia 56 tahun di kediamannya di London, Inggris. Jenazahnya ditemukan kepolisian pada Rabu (26/07).Semasa…
Seorang guru di asrama itu mengenali bakatnya dan membantunya membuat demo rekaman yang menampilkan dua komposisi karyanya sendiri.
Produser sekaligus komposer Colm Farrelly merasa mereka cocok untuk dipadukan dengan musisi lainnya dan membentuk band Ton Ton Macoute.
Langkah itu berhasil. Ketika mereka pindah ke Dublin, O’Connor memutuskan berhenti sekolah.
Dia kemudian pindah ke London dan bertemu dengan manajer yang pernah bekerja untuk U2, Fachtna Ó Ceallaigh.
Selain membimbing O’Connor secara musikal, Ó Ceallaigh memengaruhi pandangan politiknya.
O’Connor membuat gempar ketika dia memuji Tentara Republik Irlandia Sementara (IRA) –kelompok paramiliter yang memperjuangkan kemerdekaan Irlandia dari Inggris Raya—meskipun dia kemudian meminta maaf atas pernyataan tersebut.
Karakternya sebagai pemberontak membuat O’Connor juga menolak mentah-mentah upaya perusahaan rekaman untuk mengubah penampilan punk-nya menjadi lebih feminin.
"Yang mereka gambarkan sebenarnya adalah para simpanan mereka. Saya menyampaikan itu kepada mereka dan mereka tidak terima,” kata O’Connor kepada Daily Telegraph.
Tangisan di video
Dia juga berselisih dengan produser yang didatangkan untuk mengonsepkan album pertamanya. Setelah berulang kali membujuk, perusahaan rekaman akhirnya mengizinkan O’Connor memproduksi album pertamanya sendiri.
Saat itu, dia hamil tujuh bulan bersama drummer-nya, John Reynolds, yang kemudian dia nikahi.
Album The Lion and The Cobra yang dirilis pada 1987 sukses besar. Album itu menampilkan suara khas O’Connor, harmoni overdub dan latar belakang atmosfer yang berpadu dengan suaranya.
Dia masuk nominasi Grammy dalam kategori vokal rock perempuan terbaik.
Salah satu lagunya, Mandinka, sukses di AS dan dia bawakan di penampilan pertamanya di acara televisi AS, Late Night with David Letterman.