Senin, 21 Oktober 2024
ABC World

Filosofi di Balik Rabu Pon, Hari di Mana Presiden Jokowi Sering Umumkan Keputusan Penting

Hari ini hari Rabu. Namun bagi masyarakat Jawa, hari ini bukan sembarang Rabu, melainkan Rabu Pon. Presiden Joko Widodo telah memilih…

zoom-inlihat foto Filosofi di Balik Rabu Pon, Hari di Mana Presiden Jokowi Sering Umumkan Keputusan Penting
ABC Radio Australia
Setiap pasaran memiliki visualisasi atau abstraksi karakter dalam kebudayaan Jawa. (Graphics: Jarrod Fankhauser)

Dhoni mengatakan bahwa Suharto, yang memerintah selama 32 tahun, merupakan Presiden Indonesia "yang paling Jawa."

"Pak Suharto selain karena kentalnya dalam berbagai pidato kenegaraan maupun pidato tidak resmi di siaran-siaran pemerintahan atau ketika beliau on-cam di televisi maupun di radio, misalnya, itu sudah sering menggunakan ungkapan-ungkapan khas Jawa," katanya.

"Beliau di hadapan publik sering membuat pernyataan khas Jawa dan itu meresap ke bawah, ke level-level kementerian, daerah, bahkan daerah-daerah non-Jawa pun kalau kita amati beberapa jurnal yang menulis itupun menggunakan cara-cara dan model-model kepemimpinan khas Jawa ala Suharto."

Gatot Nugroho, Kepala Museum Peringatan Jenderal Soeharto di Kemusuk, meyakini bahwa semua presiden Indonesia setelah Suharto, termasuk Jokowi, mengikuti jejaknya dalam memimpin bangsa.

Gatot, yang ayahnya dulu merupakan kopral di bawah komando Suharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, menyaksikan bagaimana kebudayaan Jawa melekat dalam diri Suharto.

Ia mengatakan, sejak mengabdi di militer hingga menjadi presiden, Suharto "menulis dengan tangan" filosofi budaya Jawa yang kemudian dituangkan dalam buku berjudul "Butir-butir Budaya Jawa" oleh putrinya, Tutut.

"[Buku] itu isinya filosofi budaya Jawa semua, yang dirangkum oleh Pak Harto, baik itu hasilnya dari secara lisan, dari para kiai, kemudian guru-guru agama, raja-raja ada yang di Jawa maupun seluruh Nusantara," kata Gatot.

Buku tersebut juga merinci bagaimana Suharto berpegang pada hitungan Jawa dalam menentukan waktu peresmian acara ataupun proyek,

Margana mengatakan, meski pemerintahan Suharto dituduh melakukan praktik buruk seperti nepotisme, hal tersebut dipandang sebagai "sesuatu yang biasa" dalam kebudayaan Jawa.

"Nepotisme itu, bagi yang berakar dalam kebudayaan Jawa, budaya feodal Jawa sebetulnya bukan sebuah kejahatan, tapi dalam ekonomi modern, demokrasi, good governance itu kan kejahatan ya," katanya.

"Dalam kebudayaan Jawa, nepotisme itu dianggap kekeluargaan, pertemanan, dan [sebagai wujud] solidaritas sosial."

Baca beritanya dalam bahasa Inggris

BERITA REKOMENDASI
  • AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
    About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan